Safari Perpustakaan (1)

Sunday, October 19, 2008


Maktabah al-Azhar al-Syarief
Oleh: M. Luthfi al-Anshori, dkk.
Prolog

Semenjak awal kaum muslimin sangat intens terhadap buku dan perpustakaan. Karena buku (baca: kitab) merupakan mu’jizat teragung nabi mereka, Muhammad Saw. Ayat al-Quran yang pertama kali turun pun menyinggung urgensitas ilmu pengetahuan dan membaca. “Iqra` bi ismi rabbika alladzi khalaq. Khalaqa al-insâna min ‘alaq. Iqra` wa rabbuka al-akram. Alladzî ‘allama bi al-qalam”.(QS. al-Alaq: 1-4).

Di samping ayat al-Qur’an tadi Nabi Muhammad Saw. juga bersabda: “Barang siapa menempuh sebuah jalan dalam rangka untuk mencari ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.(H.R. Muslim).

Bertolak dari prinsip itulah masjid-masjid kaum muslimin pada zaman dahulu, di samping sebagai tempat beribadah juga dimanfaatkan sebagai tempat belajar dan mengkaji ilmu-ilmu agama. Masjid–masjid itu berperan meningkatkan ranah keilmuan, di samping aspek ruhaniah. Sejarah telah mencatat, baik di barat maupun di timur, bahwa perhatian kaum muslimin terhadap buku sangat tinggi, mengingat nilai pentingnya sebuah ilmu. Untuk itulah para pembesar kaum muslimin dan punggawanya sangat memperhatikan pengumpulan buku dan penghimpunannya. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya yang besar demi melakukan hal itu.

Perpustakaan al-Azhar Lama

Perpustakaan al-Azhar yang ada sekarang ini bukanlah seperti yang ada dahulu, sebagaimana yang sering dikatakan oleh para sejarawan. Akan tetapi perpustakaan baru yang kini ada adalah jelmaan dari reruntuhan sejarah perpustakaan lama. Perpustakaan al-Azhar -baik yang lama ataupun baru- tidak banyak mendapat perhatian sejarawan secara khusus. Ini tidaklah aneh, karena al-Azhar sendiri pun belum mendapatkan perhatian yang layak dan sesuai dengan nama besarnya sebagai pengemban misi keilmuan selama lebih dari seribu tahun. Perhatian itu baru muncul setelah adanya usaha beberapa penulis pada beberapa abad terakhir.

Biasanya sumber-sumber sejarah hanya menyebut perpustakaan al-Azhar lama sebatas sebagai pengetahuan global saja. Itu pun tak lebih dari hanya sekadar mereportase ucapan Ibnu Muyassar dalam bukunya “Akhbâr Mishr” tahun 517 H. Dalam buku itu dikatakan bahwa seorang dâ’i al-du’ât yang bernama Abu al-Fahr Shâlih memangku jabatan sebagai Khatîb di Masjid al-Azhar sekaligus mengurusi perpustakaan masjid tersebut. Hal ini tentunya mengisyaratkan pentingnya perpustakaan al-Azhar, sampai-sampai kepengurusannya diembankan kepada dâ’i al-du’ât (petinggi agama yang kedudukannya sederajat lebih rendah dari qâdhi qudhât) sejak akhir abad ke-5 Hijriah. Pada masa itu gubernur Mesir memerintahkan supaya sebagian buku yang berada di Dâr al-Hikmah dipindahkan ke masjid al-Azhar. Jumlah buku yang ada pada masa itu mencapai lebih dari 50.000.

Dan ketika orang-orang Perancis melancarkan invasi ke Mesir dan berhasil merobohkan masjid al-Azhar, mereka juga merampas banyak buku yang ada di sana yang kemudian membawanya ke perpustakaan Paris. Buku-buku tersebut kini menjadi kebangaan tersendiri bagi perpustakaan Perancis.

Perpustakaan al-Azhar Baru

Perpustakaan al-Azhar baru termasuk perpustakaan terbesar kedua di Mesir setelah Dâr el-Kutub karena menyimpan banyak sekali koleksi buku dan manuskrip klasik pada abad-abad awal Hijriah.

Salah satu sistem yang diterapkan al-Azhar pada masa lampau adalah apa yang mereka sebut sebagai sistem arwiqah; yaitu merupakan gedung-gedung yang dihuni mahasiswa asing yang meninggalkan negara mereka guna menuntut ilmu. Peredaran buku-buku yang ada di gedung tersebut tidak seperti yang lazim berlaku di perpustakaan-perpustakaan. Pemanfaatan perpustakaan pada waktu itu berada di bawah aturan Syaikh ruwaq yang bertugas menjaga dan merawat buku-buku yang ada di perpustakaaan. Jumlah ruwaq yang ada di masjid al-Azhar ketika itu mencapai sekitar dua puluh tujuh.

Beberapa masjid dan sekolah kuno pada masa itu kebanyakan memiliki perpustakaan seperti ini. Buku-buku yang ada di dalamnya sering hilang di tangan peminjam yang tidak bertanggungjawab. Hal inilah yang mendorong Syaikh Muhammad ‘Abduh, Mufti Mesir ketika itu, untuk mengusulkan dibangunnya perpustakaan baru, yang kemudian disetujui oleh Dewan Administrasi al-Azhar dan pembangunannya dilaksanakan pada awal Muharram 1314 H/1897 M. Selanjutnya buku-buku yang sebelumnya berada di arwiqah dipindahkan ke satu tempat khusus. Kala itu mereka mengalami kesulitan dalam proses penyalinan dan perbaikan manuskrip yang ada karena telah banyak yang rusak. Para pegawai dan anggota majlis saat itu secara langsung ikut menyunting berbagai buku tersebut yang kemudian diklasifikasikan ke dalam berbagai varian disiplin ilmu.

Tidak hanya berhenti sampai di sana saja, Syaikh Muhammad ‘Abduh juga menghimbau pembesar dan pemuka agama supaya menghibahkan buku-buku mereka. Ajakan Syaikh Muhammad ‘Abduh rupanya tidak hanya bertepuk sebelah tangan. Banyak di antara mereka yang menyambut inisiatif Muhammad ‘Abduh seperti Syaikh Hasunah al-Nawawi (Syaikh al-Azhar saat itu) yang menghibahkan perpustakaannya. Selainnya juga datang dari ahli waris Sulaimân Bâsyâ serta pembesar al-Azhar lainnya.

Koleksi Perpustakaan

Sebagaimana perpustakaan lain, perpustakaan al-Azhar tumbuh bersama berjalannya zaman. Yang awalnya kecil, tidak memiliki banyak koleksi menjadi bertambah kuantitas dan jenis buku-buku yang ada di sana. Faktor pendorong bertambahnya koleksi itu antara lain adalah maraknya percetakan, di samping juga hibah dan pembelian buku-buku baru. Di antara buku-buku itu antara lain: berbagai jenis Mushaf, disiplin ilmu Hadits, Tafsir, Ilmu Hadits, Ushul al-Fiqh, Fiqh, Nahwu, Sharaf, Balaghah, Mantiq, Tasawwuf, Matematika, Kedokteran, dan lain-lain yang mencapai lebih dari 128.500 buku,, yang terangkup dalam 63 disiplin ilmu.

Di samping itu, perpustakaan al-Azhar juga memiliki beberapa koleksi antik yang sulit ditemukan di berbagai perpustakaan lain. Di antara buku-buku langka itu adalah:

1. Dua buah mushaf ditulis tahun 465 H, satu manuskrip mushaf ditulis tahun 528, dan satu manuskrip mushaf ditulis tahun 741 H.

2. “Al-Ri’âyah li tajwîdi al-Qirâ`ât wa Tahqiqi Lafdzi al-Tilâwah” ditulis tahun 757 H, “Al-`Âlî al-Fâridâh fi Syarhi al-Qashîdah” ditulis tahun 735 H, "Ibrâzu al-Ma`âni min Hirzi al-Amâni" ditulis tahun 706 H, “Syarh al-Syathibiyyah” li-al-Ja`bari ditulisa tahun 839 H.

3. “Tafsir Gharîbu al-Quran li al-Sajastâni” ditulis tahun 514 H, “Tafsir Surat al-Fâtihah li al-Iqlîsyi” ditulis tahun 627 H, “al-Kassyâf li al-Zamakhsyari” ditulis tahun 654 H (naskah asli penulis).

4. “Gharîb al-Hadits li Ibni Salâm” ditulis tahun 311 H, Juz Keempat dari Musnad Abi `Awânah ditulis 617 H, Juz Satu dari “al-Ilmâm fî Ahâdîtsi al-Ahkâm li Ibni Daqîq al-Îd” ditulis tahun 736 H.

5. “`Umdatu al-Thâlibîn” li Ibni al-Wazîr ditulis tahun 603 (naskah asli penulis), “Zâdu al-Mulk” li Ibni al-Mudzaffir ditulis tahun 860 H, “Tafdhîlu `Aqdi al-Farâidh” li Ibni al-Syuhnah tahun 596 H.

6. “Rusûm al-Khilâfah” li al-Shâbî ditulis tahun 455 H, “Mu`jam Mâ Ista`jama li al-Bakrî fî Taqwîmi al-Buldân” ditulis tahun 596 H, “al-Mu`jam al-Mu`assis li al-Mu`jam al-Mufahris” li Ibni Hajr, yang merupakan mu`jam nama-nama Syaikhnya ditulis tahun 829 H (naskah asli penulis).

Keistimewaan Perpustakaan Al-Azhar

Perpustakaan al-Azhar memiliki keistimewaan tersendiri dengan melimpahnya buku-buku yang membahas ilmu-ilmu Arab dan keagamaan secara mendetail. Hal ini bisa dilihat di dalam koleksi berbagai disiplin ilmu yang ada. Hal itu maklum, karena buku-bukunya kebanyakan didapatkan dari perpustakaan para `ulama dan pemberian orang-orang dermawan.

Di antara keistimewaan perpustakaan al-Azhar adalah tersedianya manuskrip-manuskrip yang dijadikan bahan penelitian bagi para mahasiswa yang jarang sekali didapatkan di berbagai perpustakaan lain. Di samping juga cetakan buku yang ada yang secara global mencapai 128.500 koleksi (buku maupun manuskrip).

Misi Perpustakaan al-Azhar

Misi yang diemban perpustakaan al-Azhar adalah membantu peneliti, penulis tesis maupun disertasi, dan masyarakat umum dalam mendapatkan referensi yang tidak didapatkan di perpustakaan-perpustakaan lain. Dan tujuan itu semua hanya satu: “mentransformasikan ilmu, budaya dan pengetahuan”.

Jam Kerja:

Maktabah al-Azhar buka setiap hari mulai pukul 10.00 s/d 14.00 CLT, kecuali hari Jum’at dan Sabtu, dan hari-hari libur nasional.

Rute:

Bagi mahasiswa al-Azhar yang pernah mengajukan Tholab Musa’adah ke Jam’ittah Syar’iyyah atau mengajukan Tholab Minhah ke Idarah Masyikhah Azhar pasti sudah tak asing lagi dengan Perpustakaan al-Azhar, karena ia terletak diapit oleh Masyikhah al-Azhar dan Jam’iyyah Syar’iyyah. Hehehehe…[]

Referensi:
· Al-Lamhât al-Syadhiyyah ‘an al-Maktabah al-Azhariyyah, karya Dr. Ahmad Khalifah Muhammad.

0 comments: